Sekolah Khusus Putri, Bisa Belajar Kesetaraan Gender? SPARSYA Membuktikannya

SPARSYA – Isu kesetaraan gender sering dianggap hanya relevan di sekolah dengan murid laki-laki dan perempuan. Lalu, bagaimana dengan sekolah khusus putri seperti SPARSYA? Apakah muridi tetap bisa belajar tentang kesetaraan gender? Jawabannya: ya, bahkan dengan cara yang lebih mendalam.

Sebagai sekolah putri berlandaskan nilai-nilai Islam, SPARSYA menanamkan pemahaman bahwa setiap perempuan memiliki potensi, hak, dan tanggung jawab yang sama untuk berkontribusi di masyarakat. Melalui pembelajaran di berbagai mata pelajaran, nilai-nilai kesetaraan disisipkan secara alami:

  • Pendidikan Agama Islam: menanamkan teladan perempuan hebat dalam sejarah Islam sebagai inspirasi.
  • Pendidikan Pancasila: menekankan hak dan kewajiban warga negara tanpa membedakan gender.
  • Informatika: membekali murid dengan keterampilan abad 21 agar mampu bersaing setara di dunia digital.
  • Seni Rupa dan Keterampilan: memberi ruang ekspresi untuk membangun kepercayaan diri dan daya cipta.

Tidak berhenti di pelajaran, nilai kesetaraan juga hadir dalam budaya sekolah sehari-hari. SPARSYA mendorong murid untuk berani berpendapat, memimpin kegiatan, mengambil keputusan, dan mengasah kepemimpinan. Dengan begitu, para murid dilatih untuk menyadari bahwa perempuan bukan hanya pelengkap, tetapi aktor utama dalam membangun masa depan bangsa.

Melalui cara inilah SPARSYA membuktikan bahwa kesetaraan gender tetap bisa tumbuh subur di sekolah khusus putri. Justru, dengan fokus pada pembinaan murid, pendidikan kesetaraan dapat diarahkan secara lebih spesifik, Islami, dan relevan dengan kebutuhan mereka sebagai calon muslimah pemimpin masa depan.

 

-RL-