Rapat Kerja Program Tahunan 2016

Rapat kerja yang dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 15 Juli 2016, dihadiri oleh Bapak Saleh Al Baity (Ketua Yayasan Al-Irsyad Al-Islamiyyah Malang) selaku pembicara dalam rapat kerja kali ini. Hadir pula seluruh guru dan juga admin tingkat TK, SD dan SMP.

Dalam rapat kerja tersebut, beliau menyampaikan tentang sejarah berdirinya Al-Irsyad Al-Islamiyyah, tujuan pendirian Al-Irsyad Al-Islamiyyah, dan juga visi misi Sekolah Al-Irsyad Al-Islamiyyah.

Salah satu tujuan pendidikan adalah wadah untuk menyampaikan dakwah. Pentingnya dakwah melalui pendidikan diantaranya adalah untuk menanamkan aqidah dan moralitas. Karena dakwah sekolah dalam jangka panjang akan mensuplai SDM yang sholih untuk menjadi pemimpin masa depan.

Al-Irsyad Al-Islamiyyah mempunyai mabadi’ atau pesan yang menjadi dasar untuk berlangsungnya pendidikan antara lain: Al-Qur’an dan As-Sunnah, Aqidah, Ibadah yang benar, Akhlaq yang mulia, Al-Musawa (kesetaraan), Ilmu Pengetahuan, Modernitas dan Ukhuwah Islamiyyah.

Visi misi Al-Irsyad Al-Islamiyyah adalah menjadikan generasi muda yang berpikir kritis, analitis dan berakhlakul karimah. Berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dari apa yang dilakukan, bersikap dan berpikir terbuka, mempunyai pernyataan yang jelas dari sumber yang memiliki kredibilitas, dan mempunyai alasan/informasi dengan baik. Sedangkan berpikir analitis mempunyai kemampuan untuk mengurai atau merinci suatu masalah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil (komponen) serta mampu untuk memahami hubungan diantara bagian-bagian tersebut. Berpikir secara analitis ini perbedaannya dengan berpikir kritis adalah menggunakan data yang mendukung untuk penjelasannya.

Guru di dalam KBM hanya sebagai fasilitator. Seperti yang diuangkapkan oleh H.O.S Cokroaminoto tentang guru/pendidik:

  • Guru bukan sekedar “mengajar”, tapi dia menjadi inspirasi.
  • Guru menjadi “model” bagi muridnya.
  • Guru harus bisa mendorong muridnya untuk berpikir kritis (critical thinking). Dia melatih mereka agar melihat semua hal dari berbagai perspektif.
  • Guru juga harus seorang pembelajar (learner) seorang among (collaborator, communicator, adaptor) sekaligus pamong (leader), berani memberi tantangan bagi muridnya (risk taker), sebagai panutan (model), serta punya visi jauh ke depan (visionary).

Adapun amanat Alm. HOS Cokroaminoto kepada murid-murid sekolah Jogjakarta, 24 Agustus 1925 (disampaikan Dala Mukti 2010):

“…..Anak-anakku semuanya, kalau kamu sudah dapat pendidikan Islam dan kalau kamu sudah sama dewasa, ditakdirkan Allah SWT yang maha luhur, kamu dijadikan orang tani, tentu kamu bisa mengerjakan pertanian secara Islam, kalau kamu ditakdirkan menjadi saudagar, jadilah saudagar secara Islam, kalau kamu ditakdirkan menjadi prajurit, jadilah prajurit menurut Islam, dan kamau kamu ditakdirkan menjadi senopati, jadilah senopati secara perintah Islam. Hingga dunia diatur sesuai dengan azas-azas Islam…..”.

Cokroaminoto percaya jika seseorang dididik secara islami yang mengedepankan bukan hanya kepandaian akal tetapi juga kepekaan hati maka mereka tentu akan bahagia serta sejahtera dalam menjalani kehidupan ini.

Dan sebagai penutup, disampaikan juga pendapat  dari William Glasser Psychologist dari Californis Amerika :

“Children remember 20% of what they hear,

30% of what they see,

and 80% of what they experience.”

____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Allahumma inni as-aluka fi’lal khoiroot wa tarkal munkaroot

Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mudah melakukan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran.

Semoga Al-Irsyad Al-Islamiyyah bisa mencetak GENERASI RABBANI, GENERASI MUDA ISLAM BERAKHLAKUL KARIMAH.